Category Archives: Karya Tulis

Membakar Tawanan

Darul IftaHari ini saya “termangu” membaca postingan Fanpage Suara Al-Azhar yang mengabarkan sikap Darul Ifta’ Mesir soal pembakaran tawanan (perang) oleh ISIS.

Bukan, bukan karena kecaman Darul Ifta’. Tapi karena pemaknaan hadis yang keliru dipahami oleh ISIS.

Berikut isi postingan tersebut:
Lanjutkan membaca


Saya Tidak Berjilbab, Apakah Allah Menerima Shalat Dan Puasa Saya?

Saya tidak berjilbab1 “Saya tidak berjilbab, apakah Allah menerima shalat dan puasa saya?”
“Bagaimana hukumnya perempuan tidak berjilbab melakukan shalat dan puasa?”

Pernah mendapat pertanyaaan seperti itu?

Berikut jawaban dari Syekh Ali Jum’ah yang kami terjemahkan dari FP beliau:-)

Lanjutkan membaca


MMM: Bagaimana HUkumnya?

“Bagaimana hukumnya menjadi member MMM? Halal gak sih? Sesuai syariat Islam ga?”

“Kasak-kusuk” yang terdengar di telinga saya ini berawal dari keingintahuan rekan-rekan saya di Oriflame melihat salah satu “leader” di jaringan saya yang menjadi member MMM. Hingga, ujung-ujungnya ada yang menanyakan, apakah saya gabung MMM.

Baiklah, teman-teman!
Sampai saat ini saya BELUM bergabung dengan MMM. Saya belum bisa menentukan apakah MMM ini sesuai syariat atau tidak. Perlu waktu untuk mempelajarinya terlebih dahulu. Dan saya belum bisa meluangkannya.

Berikut “obrolan” saya (Udy Andriyati) dengan leader saya tsb yang saya copy-pastekan dari timeline-nya. Tidak ketinggalan juga dengan temannya, Dani Tenggoselaluceria.

Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan awal bagi teman-teman semua.

===Berawal dari postingan Nanis/Khoirunniswah (FB: https://www.facebook.com/neezwa.elchoerv) di timeline FB-nya:

Khoirunniswah: ALHAMDULILLAH satu akun lagi sudah beres ya mama…..siap memberikan bantuan 500rb. bulan depan insya Allah akan mendapat bantuan 650rb.

LL MMM

***

Udy Andriyati: Kenapa toh jumlah bantuan yang akan diterima sudah ditentukan?
Yesterday at 3:20am · Like · 1

***

Khoirunniswah: mbak Udy Andriyati, sebenernya itu bukan ketentuan pasti. hanya perkiraan. jadi perkiraan jumlah bantuan yang akan kita terima sekitar 30-50%. tentunya itu disesuaikan dengan kenaikan Mavro-nya. kenapa ada batasan seperti itu? karena ini adalah sebuah sistem yang ada sirkulasi uang disana. jika tidak di kontrol maka keluar masuknya uang akan tidak stabil, sehingga terjadi ketidak adilan. dimana2 yang namanya UANG, orang pasti maunya meraup keuntungan sebanyak2nya. seperti gak ada puasnya. bukankah demikian pak Dani Tenggoselaluceria?
23 hours ago · Like

*** Lanjutkan membaca


Dicari Perempuan Pelaga!

DICARI PEREMPUAN PELAGA!

(Upaya Membingkai Potret Kepahlawanan)

“Saya ingin memproklamirkan kepada para perempuan bahwa dirinya memiliki hak yang tidak bisa digugurkan, meskipun yang berusaha menggugurkannya adalah bapak kandung kita sendiri.” Begitu kira-kira pesan seorang perempuan menegaskan sebuah nilai luhur kemanusiaan yang diyakini dari dalam lubuk hatinya. Keyakinan yang selama ini terus terpendam sampai suatu ketika membuncah, memanifestasikan diri dalam bentuk pengaduan kepada Rasulullah yang kemudian mendukung dan membenarkan keyakinan tersebut. Seorang perempuan yang entah siapa namanya, namun tiba-tiba muncul dalam sosok yang tidak akan pernah dilupakan dalam dunia intelektual dan yudisial Islam. Sosok yang seharusnya juga tak akan pernah terlupakan dalam kancah perjuangan perempuan dalam upaya mempertegas haknya. Agar mudah mengingatnya, sebut saja dia “Gadis”, seorang perempuan yang hidup di masa kenabian, seorang sahabati yang telah berani mendobrak tembok kepasrahan dan kemenyerahan dari cengkraman budaya yang menghimpitnya.

 

Sekilas, dilihat dari kasusnya, peristiwa yang dialami Gadis tersebut itu bukanlah hal yang istimewa. Ia hanya peristiwa yang biasa-biasa saja, bahkan bisa jadi peristiwa itu telah dan terus terjadi dimana-mana hingga saat ini. Barangkali, kita pernah mengalaminya, atau pasti pernah mengalaminya meski dalam kasus yang berbeda, namun memiliki kesamaan makna, yaitu “penolakan hati atas sesuatu yang tidak kita sukai”. Hal itu tampaknya merupakan bagian dari fitrah manusia.

Yang menjadikan kasus Gadis di atas terasa istimewa adalah legalitas dan dukungan kenabian, yang ini berarti menunjukkan “kesyariatan” ganjalan hatinya. Inilah yang tampaknya sangat menggembirakan hati si Gadis dan selanjutnya dengan bangga memproklamirkan ucapannya, “saya ingin memberitahu kepada para perempuan” bahkan dalam riwayat lain, ucapan proklamasi itu adalah “saya ingin mengajarkan kepada para perempuan”.

 

Nah, perempuan! Sudahkah kita menerima dan memahami ajaran tersebut? Pernahkah kita melaksanakan ajaran itu? Sebuah ajaran yang menuntut seorang perempuan cerdas dan sadar, bukan saja pada kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhinya tetapi juga pada hak-hak yang menjadi miliknya.

 

Seorang perempuan yang hidup dalam kemapanan budaya perjodohan orang tua, namun tak serta merta menghilangkan kesadaran akan hak dirinya, hak seorang perempuan untuk bisa memilih pasangan hidup sesuai keinginan dan kecenderungan hatinya. Hak yang dilaksanakan secara sadar dengan pondasi kerelaan hati, bukan pada paksaan atau tuntutan orang lain.

Seorang perempuan yang hidup dalam kemapanan budaya dan nilai luhur penghormatan serta ketaatan seorang anak kepada orang tua; yang kental dengan nilai kewajiban berbakti kepada ibu-bapak, namun tidak serta merta meluruhkan identitas dan jati dirinya sebagai manusia lalu tenggelam menjadi identitas dan jati diri orang lain, entah itu orang tua sendiri atau siapa pun selain diri sendiri. Namun, pada saat yang sama, ia juga menyadari semua tuntutan nilai dan kewajiban ini, lalu secara cerdas menentukan pilihan. Memilih menuntut hak atau membayar kewajiban. Pilihan yang tidak gampang, meskipun secara kontras antara hak dan kewajiban mudah dibedakan karena keduanya saling bertolak belakang. Secara lahiriah, menuntut hak berarti meraih kemanfaatan atau keuntungan untuk diri sendiri sementara membayar kewajiban berarti memberikan kemanfaatan atau keuntungan kepada orang lain, yang mana kemanfaatan atau keuntungan tersebut diambil dari diri kita. Nah, bagi mereka yang menjunjung tinggi budipekerti, tentu saja, membayar kewajiban akan menjadi prioritas utama sebelum dengan segala kerendahan hati menuntut haknya dipenuhi.

Kembali pada kasus seorang Gadis di atas—yang mengadukan perbuatan bapaknya yang ingin menikahkannya tanpa persetujuan darinya—kepada Nabi, mungkin, terasa dilematis. Karena pada akhirnya, toh, ia menerima perlakuan sang orang tua. Lantas apa gunanya ia mengadu kepada Nabi? Apa bedanya bagi perempuan antara mengetahui dan tidak mengetahui haknya jika hasil akhirnya sama saja—dalam kasus ini–“menerima pilihan orang tua”?

Bedanya akan sangat tampak pada kesadaran. Kesadaran inilah yang menjadi dasar bagi setiap langkah berikutnya. Langkah terarah yang dibimbing kesadaran, bukan langkah zig-zag yang kehilangan arah karena pemilik langkah mabok, hilang kesadaran atau yang lebih celaka, karena pemilik langkah bodoh, tidak mengetahui jalan sebenarnya yang harus ditempuh.

Orang yang sadar bahwa dirinya memiliki hak dan sadar pula bahwa dirinya memiliki kewajiban, maka ia akan bisa membuat keputusan dengan benar. Ia bisa menentukan mana yang harus dipilih. Masing-masing pilihan memiliki konsekuensi secara langsung bagi dirinya dan bagi langkah berikutnya. Jika ia memilih haknya dengan mengabaikan kewajibannya, maka dirinya harus siap dengan segala macam ancaman yang berusaha menghalangi dan merampas hak tersebut. Jika ia lebih memilih kewajibannya dengan mengabaikan hak, maka dirinya harus telah siap dengan segala beban perasaan yang harus ditanggungnya.

Jika ia menyadari beratnya beban kewajiban, namun tetap melaksanakannya dengan penuh ikhlas dan kesungguhan maka bagi orang yang mengutamakan membayar kewajiban akan selalu mendapatkan imbalan. Paling tidak, imbalan itu berupa perasaan tidak bersalah terhadap orang lain meski harus dibayar dengan perasaan bersalah pada diri sendiri. Terlebih jika ia menyadari bahwa Tuhan maha mengetahui dan Dia tidak akan menyia-nyiakan amal bakti seorang hamba. Kewajiban adalah sesuatu yang harus kita penuhi sementara hak adalah suatu pilihan, boleh kita tuntut dan gunakan, pun boleh kita gugurkan dan abaikan.

Orang yang sadar bahwa dirinya memiliki hak dan kewajiban dan mampu mensinkronkan antara keduanya maka ia adalah manusia yang sempurna, cita-cita puncak yang senantiasa akan kita perjuangkan agar bisa tercapai.

Sebuah perjuangan berat, perjuangan yang tak akan pernah berhenti dan dengan sendirinya perjuangan ini membutuhkan pahlawan-pahlawan tangguh yang mampu menggugah kesadaran dan keberanian kita untuk mengantarkan pada cita-cita luhur tersebut. Seorang Gadis, meski namanya tak dikenal luas, telah memulai. Tidakkah kita ingin menyusul?!

Menyusul?! Memangnya kita ini siapa, apa yang kita mampu?

Barangkali itu bentuk pertanyaan yang tidak perlu, karena toh sosok Gadis diatas bukanlah tokoh terkenal yang memiliki banyak kelebihan.

***

Gampang diucapkan susah dilakukan, itu adalah problema umum yang kita hadapi bersama. Tapi kita harus berusaha. Seorang Gadis tidak berhenti pada memendam keyakinannya, tapi membawanya ke hadapan Nabi untuk memberi penilaian benar dan salahnya keyakinan terpendam itu. Maka kita pun tak cukup dengan memendam keyakinan dalam memperjuangkan cita-cita, tapi perlu mengemukakan keyakinan tersebut untuk mendapat penilaian benar dan salahnya keyakinan kita dari sebanyak ahli.

Pengungkapan ini penting dilakukan sebelum keyakinan kita terhadap suatu nilai memanifestasi dalam sebuah perjuangan. Karena jika kita ternyata keliru sejak dalam tahap awal, tahap meyakini nilai, maka perjuangan kita selanjutnya akan sia-sia. Ia tidak akan menghantarkan kita pada cita-cita luhur yang diidamkan. Ia juga tidak akan melahirkan pahlawan-pahlawan sejati, tapi yang muncul adalah para pengkhianat dan penghancur nilai-nilai luhur yang seharusnya dipertahankan.

Nah, jika semua yang gigih memperjuangkan nilai kebenaran pantas disebut pahlawan maka Gadis tak dikenal, tokoh dalam tulisan ini pun sudah seharusnya disebut sebagai pahlawan. Benar, ia bukan seorang pahlawan dalam artian pejuang patriotik pembela negara, tapi ia adalah seorang pahlawan pembela kebenaran, pembela hak perempuan. Seorang pahlawan besar, bukan?! Seorang pejuang hak yang benar, hak yang disyariatkan.

Akhirnya, ada satu hal yang perlu kita garisbawahi untuk membingkai seseorang itu masuk dalam barisan pahlawan atau bukan, yaitu kebenaran. Kebenaranlah yang menjadi ukuran, karena setiap usaha maupun perjuangan yang mengabaikan nilai kebenaran pada hakekatnya adalah kesia-siaan, bahkan pelanggaran dan penodaan terhadap kehormatan dan keluhuran manusia itu sendiri. Untuk itu, satu nilai yang tak bisa dipisahkan dalam menentukan seseorang itu termasuk pahlawan atau bukan adalah kebenaran itu sendiri. Dari situlah muara segala kebaikan. Sesuatu yang benar akan selalu berakhir pada kebaikan meskipun jalan yang ditempuhnya harus berliku-liku.

Segala sikap maupun perilaku yang didasari kebenaran
akan melahirkan kebesaran, keluhuran dan keteladanan yang tak akan pernah pupus dan lekang oleh zaman. Hendaklah kita lebih jeli agar mampu mengenali dan membedakan antara kebenaran dan kepentingan, lalu berdasarkan itu kita berjuang sampai titik penghabisan. Kita tidak harus menjadi jenderal untuk memperpanjang barisan pahlawan, bukan?! Selamat Berjuang, Pahlawan!

*Tulisan ini dalam rangka memeriahkan Hari Pahlawan, sebulan lalu (dah basi ya! :-D)

untuk memenuhi permintaan teman-teman Fatayat Cairo.


Mengenal Hadis Munkar

Catatan kecil aja, kali aja ada yang search arti ‘hadis munkar’ 😀 *Ge-er deh*. Saya ambil dari karangan DR. Mahmûd al-Thahhan: Taysîr Musthalah Hadîts. Bagi para master, di-skip aja ya! 🙂

Hadis Munkar

Dalam tradisi Ilmu Hadis, kita tentu mengenal pembagian dua hadis, yaitu maqbul (yang diterima) dan mardud (yang ditolak). Salah satu penyebab sebuah hadis ditolak adalah terdapat cacat perawi yang meriwayatkan hadis tersebut. Nah, hadis munkar termasuk dalam kategori tersebut, selain maudlu’, matrûk, mu’allal, maqlûb dsb.

Terminologi Hadis Munkar

– Dari segi bahasa: kata munkar, merupakan maf’ul dari inkâr, lawan iqrâr.

-Menurut ishtilâh: Ulama’ hadis memaknai hadis munkar dengan beberapaterminologi, namun yang terkenal ada dua:

  1. Sebuah hadis yang dalam jalur periwayatannya (isnâd) memuat seorang rawi yang melakukan kesalahan fatal, banyak lupa atau tampak ke-fasiq-an-nya.

Contoh:

Hadis “Makanlah Kurma kering! Karena jika seseorang memakannya, setan marah”

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasa’i dan Imam Ibnu Majah dari riwayat Abu Zukayr, Yahya bin Muhammad bin Qays dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah, secara marfu’

Dalam sanad hadis diatas terdapat Abu Zukayr. Menurut Imam Nasa’i, Abu Zukayr adalah imam shalih, namun kedudukannya tidak sampai pada posisi ‘seseorang yang [berhak] meriwayatkan hadis sendiri’.

  1. Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh perawi dla’if* yangmana periwayatannya berbeda dengan hadis yang diriwayatkan oleh perawi tsiqah.

Contoh:

Hadis “Barang siapa mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji, berpuasa dan menghormati tamu, maka dia masuk surga”

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Hubayb bin Habib al-Ziyaat dari Abu Ishaq dari ‘Ayzar bin Hurayts dari Ibnu Abbas dari Rasulullah.

Abu Hatim mengatakan, hadis ini munkar karena terdapat hadis lain yang diriwayatkan oleh perawi-perawi tsiqah melalui Abu Ishaq secara mauqûf.

*


Ini yang membedakan antara munkar dan syâdz. Syâdz adalah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh perawi maqbûl [yang meriwayatkah hadis shahih dan hasan] yangmana periwayatannya berbeda dengan hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang lebih tsiqah.


Oyako no Hanashi

Menyimpan kenangan ....

Rumah Elly Juga Nih

Just another WordPress.com weblog

honeymoonbackpacker

Backpacking, Learning, Sharing

BOoks to Learn Arabic...

Embed of PDF Books for the Learning of Arabic

Brumwords

About world you'll leave behind anytime soon.

Kajian Timur Tengah

dan Studi Hubungan Internasional

Dina Y. Sulaeman

About Life, Parenting, and Motherhood

Zona_ik@n

it's all about fishery

Food and Tools

Chopping Grating Cooking Baking

Iwan Yuliyanto

- Fight For Freedom -

FAKRA!

alif ba ta, terbata memahami sabda

Catatan Hidup

Karena kita hanya melewati jalan ini sekali, mari lakukan yang terbaik